Minggu, 08 April 2012

SALING MENGHIDUPKAN-DRAMA PASKAH SEKOLAH MINGGU DUSUN KASIH-SEKTOR LATTA


“Roh Paskah Memberdayakan Kita Untuk Saling Menghidupkan” (I Kor 15:50-58 & Kel 12: 21-28)
DRAMA PASKAH SEKOLAH MINGGU DUSUN KASIH-SEKTOR LATTA
JEMAAT GPM RUMAHTIGA
08 APRIL 2012

Narator          :   Hidup di dunia yang semakin pekat dengan berbagai tuntutan kehidupan membuat manusia lebih cenderung hidup sebagai pribadi yang individualitis. Segala sesuatu dipandang dari seberapa besar keuntungan pribadi yang diterima, dan kadang tidak mempedulikan keadaan orang lain. Padahal di luar sana ada banyak orang yang hidupnya masih membutuhkan bantuan dan sentuhan dari setiap kita yang berkelebihan. Realitas kehidupan seperti ini telah merasuki seluruh jenjang kehidupan. Sikap saling peduli dan saling menolong sebagai realitas cara kita untuk saling menghidupkan satu dengan yang lainnya sekarang ini mulai memudar, dan bahkan jarang untuk ditemui…

Di kalangan anak-anak
Vianey            :   Tamang-tamang, bagemana kalo menjelang paskah katong pi ka panti asuhan?
Yosi                 :   Ao pi pante jua peknik.
Rio                  :   Pi par biking apa ney ?
Vianey            :   Katong pi ibadah trus sumbang baju ka, bawa beras ka.
Anya               :   Oh iyo, bagemana kalo katong kumpul uang saja lalu bali beras, gula, ka sarimi ka, lalu katong kasi par dong
Deo                 :   Hi, kasi dong uang? Jang lai, beta sa ada kumpul uang par bali oto tamia di ACC mo
Rio                  :   Hi katong ibadah sa tar usa kasi apa-apa. buang-buang uang saja
Deo                 :   Iyo rio. Loko bae katong kumpul uang par balanja di ACC ka, pi natsepa ka.
Misyo             :   Jang bagitu deo, Tuhan Yesus ada kasi katong berkat itu makanya katong harus berbagi.
Ebet                :   Batul misyo, katong harus saling tolong menolong..

Narartor         :   Lihatlah kisah anak-anak ini. Ada anak yang memang punya kerinduan untuk berbagi berkat Tuhan. Tetapi ada pula anak yang merasa tidak rela berkat yang dimiliki diberikan kepada orang lain dengan sia-sia. Mereka terpenjara dengan keinginan masing-masing sehingga dalam berbagi, hati menjadi terasa berat. Padahal berbagi adalah kerelaan. Dimana hati nurani anak yang penuh kasih? yang memberi dengan tulus? Dimana? Dunia memang semakin memisahkan ‘kita’ dengan ‘mereka’.

Di kalangan ibu-ibu
(Voni, Vio, dan Jen ada bacuci)
Voni                :   Vio e, ale ada baras labe di rumah ka seng? beta ambe barang sakilo jua par tahang-tahang sampe abis bulan ni. Yopi ni kamareng mancari uang stor jua seng sampe..
Vio                  :   Iyo Voni, ambe barang sakilo ka dua kilo dolo jua. barang katong baras jua su mau abis. yang penting par ana-ana jua kio
Tiba-tiba vaieny masuk
Vianey            :   Ma, ibu guru bilang beso su musti bayar uang komite. kalo seng beta dapa suru pulang. bagemana ni ma?
Voni                :   Hayo ana e. Iyo suda, nanti mama usaha nona supaya beso bayar.
Vianey pergi
Voni                :   Beta ni ada hati susa, beso musti  bayar nei pung uang komite lai. Kamareng ada mar su pake par rio pung uang rumah saki lai. Jen, bisa pinjam barang 100 bagitu ka seng? Nanti abis bulan lgsung beta tutup akang…
Jen                  :   Sio vony e, ini sah katong cuma tahan-tahan deng baras sisa ni. Kalo ada pasti beta kasi. coba se pinjam di ibu RT dolo
Voni                :   oh iyo jen. coba nanti beta pinjam di ibu RT dolo

Narator          :   Itulah realitas kehidupan ibu-ibu, mereka dihimpit oleh berbagai tuntutan kehidupan yang begitu berat. Bagi yang berkeliban, tentunya dapat mengatasi segalanya dengan mudah. Tetapi bagi yang berkekurangan akan membutuhkan berbagai uluran tangan dari kita yang berkelebihan.

Voni                :   Ibu RT… maaf beta su mengganggu ibu.
Michele         :   Oh ada apa ya?
Voni                :   Begini ibu, beta ni ada perlu sadiki deng ibu.
Michele         :   Iya ada perlu apa maksudnya ibu?
Voni                :   Beta mau minta olong ibu. Kalau bisa ibu tolong kasi pinjam beta 100.000 jua par kacil pung uang skolah ibu. Nnt abis bulan langsung beta ganti.
Michele         :   Aduh maaf bukannya seng mau, tapi beta pung kebutuhan laeng lai ada. Beso barang mau kasi borong ana-ana di ACC lai jadi… Laeng kali bole Voni
Voni                :   50 jua ibu kalo bagitu
Michele         :   Jang marah, beta seng bisa voni. BBM mau nai bagini kebutuhan jua nai
Voni                :   Oh iya ibu kalo bagitu beta permisi jua

Narator          :   Masih adakah sikap seperti itu dalam kehidupan bapak ibu semua? Yang merasa berkelebihan bahkan di saat orang lain benar-benar berkekurangan, dan tidak sedikit pun tersentuh hatinya untuk membantu? Ckckckckckkck. Ini adalah realitas hidup yang mau tidak mau harus disadari. Betapa berkat itu disimpan rapat-rapat untuk memberkati pribadi sendiri. Padahal berkat diberikan bagi kita, agar melalui kita, berkat-berkat itu juga menjadi berkat bagi orang lain. Lihatlah ibu yang membutuhkan pinjaman uang tadi. Iya pulang dengan kecewa. Padahal ia meyakini bahwa, lewat tangan orang lain, ia juga bisa mendapatkan topangan. Tapi bukan malah topangan, ia pulang dengan dengan kekecewaan…

Di dunia kerja
Rendy             :   Saudari Michele, apa benar pin bb 23FHJM itu bukan milik anda?
Michele         :   bukan yang mulia!
Ito                   :   Saudari Michele, apa benar kamu sudah lupa kejadian kita menghitung uang bersama itu?
Michele         :   Maaf yang mulia, saya tidak mengerti apa yang disampaikan saudari ito!
Ito                   :   Kamu memang pembohong! Kamu juga makan uang rakyat!
Michele         :   Tidak yang mulia!
Rendy             :   Sudah-sudah, sidang diskors!!!!

Narator          :   Hahahahahahaa, ini juga termasuk realitas kehidupan yang akhir-akhir ini terjadi dimana-mana. Menuduh, dituduh, dan menyangkal setiap tuduhan. Semua ini lahir dari keserakahan, ketamakan, dan keegoisan manusia. Sikap mementingkan diri sendiri. Padahal lihatlah, dia yang didakwa adalah orang kaya yang ditemui seorang ibu yang membutuhkan pertolongan… Ibu yang kaya ini tidak ingin berbagi, karena ia takut tidak dapat menghidupkan kepentingan dirinya…

(Michele duduk sambil murung, tiba-tiba ibu2 yang lain lewat)
Jen                  :   Ibu RT permisi lewat sadiki do ibu…
Michele         :   Oh iya ibu-ibu. Mari lewat. Ibu dong mau kamana?
Voni                :   Katong mau pi pelwata di ibu vio mataheru situ ibu. Ibu RT seng pi?
Michele         :   Beta ni mau pi mar su malu hati lai. Jang sampe ibu-ibu kamareng su nonton beta sidang lah dong seng mau trima beta lai (muka sedih)
Voni                :   Sio ibu, katong pi ibadah itu par cari Tuhan. Mungkin katong ni orang kacil seng bisa kasi ibu apa. Tapi lewat ibadah katong bisa saling menguatkan toh ibu..
Michele         :   Dangke lai ibu voni su mau tarima beta pung kekurangan. Walaupun selama ini beta sikap kurang bagus, tapi ibu-ibu dong samua masih mau terima beta.
Jen                  :   Katong ada kan untuk saling melengkapi ibu. Walaupun hanya deng doa sebagai dukungan buat ibu..
Narator          :   Berbagi, memang tidak hanya lewat materi seperti uang dan sebagainya. Tetapi lewat dukungan, semangat, dan perhatian, kita juga bisa berbagi. Selaku manusia, lewat jalan inilah kita bisa menjadi penolong dan penopang bagi setiap orang di samping kita yang membutuhkan. Ingat, Yesus bahkan telah mendahului kita sebelumnya untuk menggenapi segala yang difirmankan. Ia bahkan rela MENYERAHKAN nyawa-Nya bagi kita yang hina ini. Lewat kematiannya, ia telah menghapus segala dosa kita. Dan lewat kebangkitan-Nya, Ia telah menghidupkan jiwa-jiwa baru yang penuh kasih. Jiwa-jiwa ini adalah jiwa-jiwa yang hidup, yang hadir dengan misi Kristus, yakni untuk saling menghidupkan. Kita ada untuk berbagi, memberi, dan berkorban agar kita dapat saling  menghidupkan sama seperti Kristus yang telah lebih dulu menghidupkan jiwa-jiwa kita dari jeratan kuasa dosa!


-Sekian-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar